Jumat, 14 Februari 2014

Human Centris, Penyebab Rusaknya Alam?

 Pemanasan global telah menjadi isu utama bagi hampir semua negara. Beberapa kali pertemuan puncak digelar, tapi nampaknya masih diperlukan beberapa waktu untuk mecapai kesepakatan mengenai penanganannya.
Pemanasan global dan beberapa isu lingkungan lain menyadarkan bahwa tindakan-tindakan manusia telah meninggalkan kerusakan yang bisa mengancam kelangsungan hidupnya sendiri.
Kenapa semua kerusakan ini bisa terjadi?

Beragam sebab pastinya. Masalah sebesar ini pasti muncul akibat sebab yang telah saling terjalin dan terhubung.  Artikel ini hendak menawarkan pendekatan filosofis atas isu ini.
Dari semua makhluk hidup, manusia menjadi satu-satunya yang memiliki kesadaran. Sadar akan dirinya dan sadar akan lingkungan di sekelilingnya. Dia memahami dirinya mempunyai kesempurnaan yang tidak dipunyai makhluk lain. Sedikit demi sedikit manusia memiliki kemampuan mengontrol alam. Hewan yang tadinya liar bisa dijinakkan. Angin bisa ditangkap untuk menggerakkan kapal melayari tempat-tempat yang jauh.
Kenyataan ini menuntun pada simpulan, jika begitu pastilah alam ini eksis untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Pastilah semuanya ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Manusia selayaknya menjadi penguasa alam.
Keyakinan akan manusia sebagai pusat (human centris) akhirnya menjadikan alam sekeliling beserta makhluk lain hanya sebagai perkakas untuk melayani kepentingannya. Alam dieksploitasi seakan-akan merupakan entitas yang terpisah. Padahal saat alam tidak berfungsi normal akibatnya akan memukul manusia sebagai bagian dari alam itu sendiri.
Human centris membuat manusia berpikir dan bertindak dengan standar manusia. Standar yang menempatkan manusia sebagai tuan, dan alam sebagai budak.  Alam mesti melayani, manusia mesti dilayani.
Alam sebenarnya memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri (self regulation). Yang hilang akan diganti, yang rusak akan diperbaiki. Namun perbaikan memerlukan waktu.  Kemampuan memperbaiki juga bukan tidak tak terbatas. Laju kerusakan berlebih menjadi sesuatu yang tidak dapat ditopang alam.
Namun tak semua merupakan berita buruk. Kesadaran lingkungan telah menjadi kampanye global yang terus disuarakan. Kerusakan sudah terlanjur terjadi, setidaknya kerusakan lebih lanjut bisa dicegah. Lebih baik lagi jika rehabilitasi masih bisa dilakukan.
Upaya ini mesti diikuti  perubahan cara pandang.  Manusia bukan lagi pusat yang dapat berdiri sendiri. Manusia, makhluk lain, dan alam membentuk rantai yang saling mengunci. Lepasnya satu unsur akan berakibat terputusnya jalinan rantai itu.
Generasi mendatang memiliki hak untuk tinggal di bumi dalam kondisi yang paling layak. Jika saat ini kita bisa menikmati merdu kicau burung, mengagumi indahnya taman laut, atau menghirup segarnya udara, segala ‘privilege’ ini tak boleh putus sampai di masa ini saja.[]



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Novaldi Themes | Bloggerized by Novaldi Rahmat - Premium Blogger | Affiliate Network Reviews