Pemanasan
global telah menjadi isu utama bagi hampir semua negara. Beberapa kali
pertemuan puncak digelar, tapi nampaknya masih diperlukan beberapa waktu untuk
mecapai kesepakatan mengenai penanganannya.
Pemanasan
global dan beberapa isu lingkungan lain menyadarkan bahwa tindakan-tindakan
manusia telah meninggalkan kerusakan yang bisa mengancam kelangsungan hidupnya
sendiri.
Kenapa
semua kerusakan ini bisa terjadi?
Beragam
sebab pastinya. Masalah sebesar ini pasti muncul akibat sebab yang telah saling
terjalin dan terhubung. Artikel ini hendak menawarkan
pendekatan ‘filosofis’ atas isu ini.
Dari
semua makhluk hidup, manusia menjadi satu-satunya yang memiliki kesadaran.
Sadar akan dirinya dan sadar akan lingkungan di sekelilingnya. Dia memahami
dirinya mempunyai kesempurnaan yang tidak dipunyai makhluk lain. Sedikit demi
sedikit manusia memiliki kemampuan mengontrol alam. Hewan yang tadinya liar
bisa dijinakkan. Angin bisa ditangkap untuk menggerakkan kapal melayari
tempat-tempat yang jauh.
Kenyataan
ini menuntun pada simpulan, jika begitu pastilah alam ini eksis untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia. Pastilah semuanya ini diciptakan untuk kepentingan
manusia. Manusia selayaknya menjadi penguasa alam.
Keyakinan
akan manusia sebagai pusat (human centris) akhirnya menjadikan alam sekeliling
beserta makhluk lain hanya sebagai perkakas untuk melayani kepentingannya. Alam
dieksploitasi seakan-akan merupakan entitas yang terpisah. Padahal saat alam
tidak berfungsi normal akibatnya akan memukul manusia sebagai bagian dari alam
itu sendiri.
Human
centris membuat manusia berpikir dan bertindak dengan standar manusia. Standar
yang menempatkan manusia sebagai tuan, dan alam sebagai budak.
Alam mesti melayani, manusia mesti dilayani.
Alam
sebenarnya memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri (self regulation). Yang
hilang akan diganti, yang rusak akan diperbaiki. Namun perbaikan memerlukan
waktu.
Kemampuan memperbaiki juga bukan tidak tak terbatas. Laju kerusakan berlebih
menjadi sesuatu yang tidak dapat ditopang alam.
Namun
tak semua merupakan berita buruk. Kesadaran lingkungan telah menjadi kampanye
global yang terus disuarakan. Kerusakan sudah terlanjur terjadi, setidaknya
kerusakan lebih lanjut bisa dicegah. Lebih baik lagi jika rehabilitasi masih
bisa dilakukan.
Upaya
ini mesti diikuti perubahan cara pandang.
Manusia bukan lagi pusat yang dapat berdiri sendiri. Manusia, makhluk lain, dan
alam membentuk rantai yang saling mengunci. Lepasnya satu unsur akan berakibat
terputusnya jalinan rantai itu.
Generasi
mendatang memiliki hak untuk tinggal di bumi dalam kondisi yang paling layak.
Jika saat ini kita bisa menikmati merdu kicau burung, mengagumi indahnya taman
laut, atau menghirup segarnya udara, segala ‘privilege’ ini tak boleh putus
sampai di masa ini saja.[]
alam, hewan, human centris, kerusakan, kerusakan lingkungan, kesadaran, lestari,Lingkungan, makhluk, pelestarian lingkungan, pemanasan global-Novaldi-
0 komentar:
Posting Komentar